
1. Manusia memiliki kodrat untuk saling mencintai: termasuk kita berdua.
2. Salah satu unsur cinta dewasa adalah empati: mengambil kepentingan pihak lain yang kita cintai menjadi concern kita. Padamu: Andai Engkau haus, aku yang gugup mencarikan air minum. Kalau Engkau terluka, perasaanku yang mengucurkan darah. Begitulah seharusnya kita berdua.
3. Cinta dewasa yang matang adalah rela berkorban. Untuk hal-hal yang menyenangkan, kekasih yang kita dahulukan. Sebaliknya untuk hal-hal yang menyengsarakan, kita yang berdiri di garis depan. Padamu: akan kulakukan itu untukmu.
4. Cinta dewasa seringkali dilematik. Sebab romantisme dikontrol oleh rasionalitas. Padamu: Bukan berarti aku akan menuruti apa saja yang engkau minta, dan pula sebaliknya. Sebab mencintai tidak sama dengan menjerumuskan, meskipun menuruti kemauanmu adalah sebuah kemesraan universal yang nikmat. Sedikit bersikap keras untuk membawa kita kepada persepsi dan penyikapan yang sehat atas kehidupan, justru merupakan bentuk cinta yang positif, meski ada rasa perih ketika kita melakukannya.
5. Cinta dewasa memerlukan sikap kritis, kritis terhadap kemana dan bagaimana hubungan ini berjalan, menjaganya agar senantiasa pada jalur tujuan. Yang terpenting adalah saling percaya, saling mengingatkan dan menguatkan, saling menerima secara total atas apa yang masing-masing kita miliki: kelebihan ataupun kekurangan. Kuharap engkau memahaminya!
6. Sebagaimana aku juga mendambakan engkau bersedia mendengarkan dan mengerti hatiku, maka aku pun akan belajar mendengarkan dan mengerti hatimu, betapapun melelahkan. Karna Aku Mencintaimu !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar